PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum
wr. wb.
Di perumahan yang kami kelola, kami memiliki telaga
buatan yang sumber airnya berasal dari cabang kali Brantas. Telaga
buatan itu sehari-harinya digunakan untuk kegiatan memancing, maupun berperahu.
Beberapa waktu ini kami menghadapi permasalahan yakni tumbuhnya gulma air (ganggeng) yang
demikian pesat sehingga mengganggu aktivitas wisata di telaga tersebut.
Pembersihan sementara ini dilakukan dengan cara konvensional, yakni
dengan tenaga manusia. Alat yang digunakan adalah potongan bambu panjang
yang direntangkan dan ditarik sehingga terkumpul di tepi telaga.
Pemanfaatan ganggeng adalah untuk kompos. Namun demikian ini membutuhkan
biaya yang sangat tinggi, sedangkan permasalahan tak pernah berhenti.
Pertanyaan kami , apa yang menyebabkan hal tersebut dan bagaimana cara
mengatasinya ? terimakasih atas jawaban pengasuh.
Wassalamu’alaikum
wr.wb.
Siska, Surabaya.
JAWABAN :
Wa’alaikum
salam wr.wb.
Ibu Siska di Surabaya, karena dari pertanyaan anda
lewat tulisan masih belum jelas, kami menyempatkan diri untuk melihat sendiri
ke lokasi. Hasil pengamatan tambahan kami adalah sebagai berikut:
a. Jenis gulma
air yang dominan adalah Ganggeng berupa Hydrilla verticillata
dan Cerratophyllum
submersum
b. Jenis ikan
yang dominan : Mujair (Tilapia mossambica)
Analisis kondisi lingkungannya adalah sebagai berikut :
1. Sumber
air dari Kali Brantas seringkali membawa lumpur sungai sehingga dapat
mendangkalkan telaga buatan. Lumpur ini membuat air telaga makin lama
makin subur dan memacu pertumbuhan berbagai tumbuhan a.l. Hydrilla.
2. Sumber
air dari Kali Brantas membawa cemaran dari sisa – sisa bahan organik a.l.
sampah, kotoran manusia, dan kotoran hewan. Dalam proses pembusukan
seringkali digunakan oksigen dalam air sehingga bila cemaran semakin banyak
oksigen semakin berkurang dan dalam kondisi ekstrim membahayakan kehidupan
(ikan) bahkan mengurangi produksi ikan.
3. Dalam
proses pembusukan, mineral dalam bahan organik akan bebas dan larut dalam air
berupa bahan anorganik. Air akan meningkat kesuburannya, yang proses ini
disebut dengan eutrophikasi.
Proses eutrophikasi tersebut akan mempercepat tumbuhnya alga, juga akan
mempercepat pertumbuhan tumbuhan tingkat tinggi seperti : Hydrilla.
Apabila terlalu banyak tumbuhan air dan ditambah dengan bahan organik cemaran
akan menyebakan lingkungan anaerobik. Dengan demikian kerugian yang
ditimbulkan oleh eutrophikasi adalah :
o Penurunan
hasil ikan
o Tidak dapat
digunakan untuk kegiatan rekreasi dan wisata, atau transportasi perahu / air,
dll.
o Tertutupnya
saluran – saluran dengan tanaman air.
4. Gulma air
yang ada tidak harus diberantas sama sekali, namun dikendalikan jumlahnya
karena berguna sebagai salah satu produsen dalam ekosistem telaga.
Pemecahan Masalah
Beberapa alternatif pemecahan seperti penaggulangan cemaran
dengan water treatment atau dengan pengeringan telaga sementara waktu
dapat dilakukan. Tapi pada kesempatan kali ini kami memberikan
alternatif pemecahan dengan pemeliharaan ikan.
Pengendalian
Hydrilla dengan Ikan Herbivora
Penebaran ikan – ikan herbivora dapat memberikan keuntungan
ganda, yakni tingginya hasil ikan dan hydrilla
dapat dikendalikan. Ikan – ikan herbivora yang dipilih adalah ikan – ikan
yang mampu makan tumbuhan tingkat tinggi seperti hydrilla ; yakni
:
a. Ikan Tawes
(Puntius javanicus)
b. Ikan Kowan (grass carp) (Ctenopharyngodon
idella).
Gambaran
secara ringkas kedua jenis ikan tersebut adalah sebagai berikut :
-
Jumlah bibit ikan yang ditebarkan untuk kedua ikan adalah 10.000 –
11.000 ekor per hektar
-
Bibit mudah didapatkan
-
Ikan mampu hidup di air tawar hingga payau
-
Ikan tawes mampu mencapai ukuran panjang lebih dari 0,5 m dengan berat
badan sekitar 2 kg/ekor. Sedangkan panjang badan ikan Kowan mampu
mencapai lebih dari 2 m dengan berat badan sampai 15 kg/ekor.
-
Bagi ikan Kowan, setiap kenaikan 1 kg berat badan diperlukan 50 kg hydrilla segar,
sedangkan peningkatan berat rata – rata 6 gram/hari/ekor.
-
Kedua ikan tersebut rakus dan cepat menghabiskan hydrilla dan
tumbuhan air lainntya, baik di sawah atau pun di tambak.
Untuk mengendalikan ikan dan hydrilla serta
tetap berfungsinya telaga sebagai tempat pemacingan ikan bagi masyarakat
sekitar, maka ikan tawes atau ikan kowan dipelihara dalam telaga yang dibatasi
dengan jaring. Dalam waktu tertentu dan bila gulma air telah
dinyatakan habis, maka jaring digeser ke petak sebelahnya yang tumbuh gulma air.
Pada petakan ini ikan tetap dapat mengendalikan gulma, tidak ditangkap dan
musuh ikan tersebut (ikan lele, ikan gabus, dll.) tidak dapat masuk dengan
mudah.
Demikian jawaban dari kami, dan selamat mencoba semoga
berhasil.
Pengasuh
: Ida Agustini S.