KOMBUCHA



Siapa yang tak menyukai teh? Minuman satu ini telah dikenal akrab sebagai teman bersantai dan disukai oleh semua kalangan masyarakat khususnya di Indonesia. Namun, mungkin masih sebagian orang yang pernah mengenal kombucha. Kombucha merupakan hasil fermentasi antara larutan teh dan gula dengan menggunakan starter/kultur mikroba. Teh yang digunakan untuk pembuatan kombucha umumnya teh hitam, namun seringkali dapat diganti pula dengan teh hijau maupun teh putih. 

Istilah Kombucha diambil dari kosakata bahasa Jepang yang terdiri dari dua suku kata yakni “kombu” dan “cha”. “Kombu” adalah nama tumbuhan “brown seaweed” yang dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan teh dan “cha” merupakan teh  namun,  terjadi “salah kaprah” dengan menyebut minuman teh hasil fermentasi ini sebagai kombucha. Kombucha dikenal sebagai minuman kesehatan sejak zaman Kaisar Jepang Inkyo pada tahun 415 SM maupun Dinasti Qin di China sekitar tahun 250 SM. Hingga masuk ke Rusia dan Ukraina pada akhir tahun 1800, dan mulai populer sebagai minuman kesehatan pada awal tahun 1900. Minuman ini juga masuk ke Indonesia dengan nama “jamur dipo” atau “jamur super”.
Kultur mikroba yang digunakan dalam pembuatan kombucha merupakan simbiosis antara bakteri dan khamir (SCOBY- symbiotic colony of bacteria and yeast), yang selintas berbentuk seperti tubuh buah/selaput jamur.  Kultur kombucha mengandung berbagai macam bakteri dan khamir di antaranya Acetobacter xylinum, A. aceti, A. pasteurianus, Gluconobacter, Brettanamyces bruxellensis, B. intermedius, Candida fomata, Mycoderma, Mycotorula, Pichia, Saccharomyces cerevisiae, Schizosaccharomyces, Torulaspora delbrueckii, Zygosaccharomyces bailii dan Z. rouxii.
Untuk membuat teh kombucha ini, amatlah mudah, awalnya seperti membuat teh biasa. SCOBY dilarutkan ke dalam teh yang sebelumnya telah didinginkan. Dalam keadaan tertutup, teh jamur didiamkan selama 8 hingga 12 hari untuk mengalami proses peragian atau fermentasi. Kultur mikroba yang diinokulasikan ke dalam teh akan membentuk larutan gel yang disebut biang kombucha (SCOBY). Semakin lama waktu fermentasi (lebih dari 12 hari) kombucha yang akan dihasilkan semakin asam, dan kurang baik bagi kesehatan.
Cita rasa teh kombucha bergantung dari jenis teh yang dipakai, waktu fermentasi serta komposisi gula dan teh yang digunakan.  Kombucha memiliki rasa yang unik seperti kombinasi antara apel dan anggur dan menimbulkan sensasi mirip effervescent yang menyegarkan. Komposisi larutan media teh juga mempengaruhi aroma dan rasa kombucha. Komposisi tersebut berupa gula-gula residu, karbondioksida dan asam organik (terutama rasio antara asam asetat dengan asam glukonat). Asam asetat yang bersifat volatil menghasilkan aroma kuat dan menusuk serta beraroma asam, sedangkan rasa asam yang lembut dibentuk oleh asam glukonat.
Selama proses fermentasi, kombucha akan menghasilkan asam laktat yang baik bagi sistem pencernaan manusia dan asam asetat sebagai antimikrobial dan  memberikan cita rasa khas pada kombucha.Kombucha juga mengandung asam malat yang  penting dalam proses detoksifikasi tubuh. asam oksalat yang dapat mendukung produksi sel dan asam glukonat serta asam butirat yang dapat mengatasi infeksi yeast pada tubuh. Tak hanya itu saja, kombucha juga mengandung asam nukleat, asam amino, dan beberapa vitamin baik B maupun C, serta tentunya mikroba yang baik bagi tubuh. Dengan komponen nutrisi yang amat beragam tersebut, tentunya tak heran bila kombucha telah lama dikenal untuk mengobati keluhan gangguan pencernaan, nyeri saat haid, meredam sakit maag bahkan mengatasi insomnia. Kombucha pun bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas, meringankan menghilangkan nyeri sendi, dan menyeimbangkan metabolisme tubuh. Disamping itu, kombucha juga memiliki aktivitas antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan Shigella, E. coli dan Salmonella dan meningkatkan regenerasi sel. 



Penulis : Ida Agustini Saidi (Dari berbagai sumber)